pasti banyak kan yang mengalami kayak saya gini? ..
gara-gara Raka sdh sekolah, banyak yang mulai komentar '"kapan hamil lagi?", ke saya. Kalau
saya ya seneng-seneng aja hamil.. tapi apa iya tugas saya berhenti sampai bayi
mbrojol?? Nggak kan..
saya dan suami dulu sempat menjalani LDR sehingga program anak pertama baru berhasil 9 bulan setelah kami menikah. Kami memutuskan release sm Tuhan. Jangan ditanya gimana keluarga kami rempong karena kehamilan tidak kunjung jua saat itu. Terkadang kami risih juga, tapi suami selalu stay positive thinking. Oh, so lucky me..
Kami berdua awalnya sudah merencanakan untuk memiliki
anak kedua setelah Raka umur 3 tahun. Dalam perjalanannya banyak hal yang
akhirnya program itu tidak jadi terealisasi. Terbukti sampai saat itu saya juga
belum bongkar KB. Hehehehe.. terkesan emang nggak niat ya..
banyak alasan kenapa saya dan suami masih keukeuh bertiga
aja, padahal teman seperjuangan saya sekarang sudah berempat.
Saya sih lebih woles kalau dibandingkan dengan para sahabat saya itu.. anak
kedua mereka itu bukan mereka yang order alias tidak direncanakan atau
kebobolan. Naah, beda kan kasusnya dengan saya. Hahahahaha..
Saya dan suami saat itu masih saja gamang untuk merencakan kehamilan
kedua meskipun saya sebenarnya rindu hamil. Tapi apa iya hanya karena rindu
lalu nggak rasional. kenapa saya dan suami gamang?
- Sudah merasa
terlalunyaman dg formasi yang ada
kasur 160x200 sdh terasa pas untuk bertiga. dan kalo mau pergi naik motor juga sangat ideal kalo cuma bertiga.
- Belum menemukan teknis manajemen waktu dengan 2 anak
- Merasa belum mapan dalam finasial keluarga
sebenarnya ini ketakutan saja, tapi tetap harus rasional juga kan. Anak itu tidak bisa dianggap beban. tapi apa iya, dia cuma lahir lalu urusannya selesai. prinsip banyak anak banyak rejeki kok nggak compatible lagi untuk jaman sekarang ya..
- Mencari pengasuh yang tepat itu bukan perkara yang mudah
ini point penting juga sih. saya nggak bisa lagi menggunakan cara titip menitip ke mama atau ibu mertua. bukan mereka tidak mau, tapi sudah tidak mampu. ini menjadi pertimbangan besar kami berdua. memakai jasa babysitter, tau sendiri berapa range gaji mereka.
Keliatan klise kan? Tapi itulah yang terjadi. Komentar
mainstreamnya sih, ya dijalanin aja kalau Cuma dipikir ya nggak ngerti. Yang
pasti sekarang kami berdua sedang banyak melakukan diskusi untuk hal ini. Ada
yang mengalami seperti saya dan suami?